Thursday, April 27, 2017

Program HIMSSI

HIMSSI-Himpunan Seni Silat Indonesia berkonsentrasi melatih / mengembangkan pencak silat kepada generasi muda dalam 2 bentuk yaitu :


  1. Beladiri Pencak silat sebagai bela diri diarahkan pada latihan-latihan jurus aplikatif untuk pembelaan diri dari gangguan tindak kekerasan orang lain.
  2. Sedangkan pencak silat sebagai olah raga diarahkan pada latihan-latihan khusus untuk menghadapi kejuaaran pencak silat tingkat daerah maupun nasional.

HIMSSI memilih jalur jenjang pendidikan (jalur akademis) dalam mengembangkan pencak silat kepada generasi muda, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah tinggi (universitas).

Hal ini dapat menghilangkan asumsi masyarakat, bahwa orang yang suka berkelahi itu adalah orang yang tidak berpendidikan (preman).

Kemudian hal ini dapat mengurangi tingkat kekerasan di kalangan generasi muda, karena orang yang berpendidikan biasanya tidak suka berkelahi (menggunakan tindak kekerasan) untuk menyelesaikan masalah sosial masyarakatnya.

Pesilat yang berasal dari lingkungan akademis biasanya lebih baik dalam bertindak dan lebih sopan santun  kepada oran lain. Pesilat akademis memberi warna tersendiri dalam pengembangan pencak silat itu sendiri.

HIMSSI melakukan pembinaan pencak silat di dalam unit-unit latihan yang disebut dengan  KOMISARIAT, yang merupakan unit terkecil dalam struktur organisasi HIMSSI.

HIMSSI juga sudah banyak melahirkan generasi-generasi Atlet prestasi yang gemilang di tingkat Daerah maupun tingkat Nasional.

Arti Lambang

 
 
Arti lambang HIMSSI  berikut:
 
1. Lingkaran pertama
  • Melambangkan himpunan seni silat Indonesia dan berbagai aliran.
  • Warna kuning melambangkan kejayaan / kemuliaan atas dasar budi luhur dan atau berakhlak mulia 
2. Lingkaran Kedua
  • Melambangkan kesatuan dan keseragaman bentuk maupun sifat serta motivasi seni silat.
  • Warna merah putih di tengah melambangkan sumber seni silat dari kawassan nusantara (pusakan tanah air).
3. Bintang 5 (lima) melambangkan lima prinsip hidup pendekar, yaitu:
  • Kejujuran.
  • Kebenaran.
  • Keadilan.
  • Kebijaksanaan.
  • Ketegasan.
4. Trisula - Keris, melambangkan senjata penyanggah kemungkinan yang membahayakan hak-hak hidup manusia dalam tugasnya.


5. Golok bersilang dua, melambangkan ketangkasan, kecerdasan, ketajaman berfikir, dan kecepatan bertindak.
 
6. Pita bertuliskan HIMSSI, melambangkan sifat kekeluargaan dalam anggota HIMSSI.
 
7. Dasar lambang berwarna merah, melambangkan jiwa patriotis semangat proklamasi yang berjiwa besar dan berani dalam kebenaran.
 
8. Bentuk Bendera segitiga, melambangkan kehidupan pesilat / pendekar harus mempunyai 3 (tiga) kebutuhan hidup, yaitu: Berilmu, Beriman, dan Beramal.

Visi dan Misi




Visi
Membentuk pesilat handal berprestasi berakhlakul karimah, sehat, kuat lahir dan batin, bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Misi
Mewujudkan kesatuan dan persatuan serta kebersamaan rasa solidaritas dalam keluarga besar HIMSSI khususnya, kerukunan antar umat beragama umumnya.


Kode Etik
Kode etik HIMSSI adalah Panca Dharma dan Catur Karsa sebagai berikut:

PANCA DHARMA
Pesilat dan atau Pendekar HIMSSI mempunyai 5 (lima) kewajiban 'baik', yaitu:

  1. Baik dalam berfikir dan atau berfikir positif.
  2. Baik dalam pertimbangan rasa dan atau berperasaan positif.
  3. Baik dalam berpendapat dan atau idealis / prinsip positif.
  4. Baik dalam bertindak dan atau gerak laku positif.
  5. Baik dalam berkomunikasi dan atau santun dalam bahasa.

CATUR KARSA
Pesilat dan atau Pendekar HIMSSI memiliki 4 (empat) faktor 'sikap utama', yaitu:
  1. Keterampilan.
  2. Ketangkasan.
  3. Kecerdasan.
  4. Ketegasan.

Pendiri HIMSSI


Organisasi didirikan pada tanggal 30 Maret 1979 oleh Tubagus Nasuha berserta 12 orang pelatih di Gedung Markas Daerah Legiun Veteran Propinsi Sumatera Selatan. Dua belas pelatih yang menjadi pendiri HIMSSI saat ini disebut dengan Dewan Pendiri Pusat (DPP) adalah sebagai berikut :

  1. Ir. H. Kadir Rakhman.
  2. Lukman Hambali.
  3. Drs. H. M. Akib, MSi.
  4. Mansyur Akhmad.
  5. Purwadi TR.
  6. Fauzi Hamid, SE.
  7. Asmuddin, S.Ag.
  8. Abdul Manan.
  9. Helmy Yoga.
  10. Mensatria.                                                     
  11. Asep Waluyo, B.Sc
  12. Ir. Affandi


"Bangsa yang Mulia adalah Bangsa yamg mencintai kebudayaan bangsa sendiri" (Tubagus Nasuha)

SEJARAH HIMSSI e-SA DI PROPINSI RIAU

             Asmudin adalah sosok seorang pendekar yang haus dengan ilmu silat dan ilmu hikmah. Setelah sesampainya di Pekanbaru, melihat prospek yang cerah maka di ambil kesimpulan organisasi olah raga bela diri HIMSSI harus di dirikan di Ibu Kota Propinsi Riau. Berikut kronologis pendirian HIMSSI di Propinsi Riau. Sembari sebagai seorang volunteer service Asmudin berkenalan dengan seorang Polisi lalu Lintas Polda Riau bernama Drs. Aman Ismail yang juga sebagai ketua RW V Kelurahan Kampung Melayu kecamatan Sukajadi. Drs. Aman Ismail juga sebagai seorang dosen UNILAK dan juga Asmudin berkenalan dengan seorang Pegawai Negeri bernama Sjahril Wirya (Almarhum). Membicarakan masalah pembinaan generasi muda terutama remaja putra dan putri di kawasan RW V tersebut.

            Maka pada tanggal 23 Agustus 1983 resmi HIMSSI didirikan dan dibentuk susunan pengurus cabang Kota Madya Pekanbaru dengan ketua Drs. Aman Ismail dan HIMSSI mendaftarkan diri sebagai anggota IPSI Kodya Pekanbaru serta sekaligus anggota IPSI Propinsi Riau. Selanjutnya untuk kegiatan latihan dipusatkan dikawasan RW V kelurahan Kampung Melayu Kecamatan Sukajadi dan atas izin Drs. Aman Ismail selaku ketua RW dan lokasi latihan bertempat di lapangan Badminton Sjahril Wirya dengan jumlah anggota sebanyak 53 orang yang terdiri dari Mahasiswa / wi IAIN Susqa Pekanbaru, UNRI, UNILAK dan UIR dengan pelatih Humaidi Sulaiman yang dibawa oleh Asmudin dari Palembang. Humaidi Sulaiman mendaftar sebagai mahasiswa UNRI FMIPA jurusan Matematika. Latihan tersebut sampai berlangsung lama pada akhirnya dibentuklah korp pelatih HIMSSI dengan melaksanakan kenaikan  tingkat  pelatih yang pertama sekali pada tanggal 24 Desember 1984 sampai dengan 2 Januari 1985 yang bertempat di Desa Kubu Baru Kecamatan Tanjung Raya Danau Maninjau Sumatera Barat dengan jumlah peserta anggota pelatih sebanyak 20 orang yang terdiri dari 12 orang  dari mahasiswa UNRI, 2 orang dari IAIN, 2 orang dari UNILAK, 1 orang dari UIR, 1 orang dari MAN Pekanbaru dan 2 orang dari remaja RW V kelurahan Kampung Melayu.

             Setelah kepulangan ujian kenaikan tingkat pelatih HIMSSI maka pendekar Asmudin membentuk dan menyusun kaderisasi pelatih dan mengeluarkan sebanyak 25 buah surat perintah tugas kepada para pelatih remaja untuk melaksanakan pendirian HIMSSI di sekolah-sekolah dalam wilayah Kotamadya Pekanbaru Para pelatih yang telah menyebarkan HIMSSI  didalam wilayah Kotamadya Pekanbaru antara lain Yulpides, Isral, diwilayah Kelurahan Kampung Melayu Sukajadi. Anshar Ahmad dan Adri junaidi. S di SDN Jl. Tamrin Gobah. Humaidi Sulaiman, Patimura, Sumarni, Yuyun, Hilman, Suprianti pada kampus UNRI Gobah.  Ashaluddin, Iskandar dan Ahmad Yani membuka latihan  HIMSSI di SMPN 14, Nofrison dan Hilman mendirikan HIMSSI di SMPP 49 (SMUN 8). Jhon Rizal Rais membuka HIMSSI di Kampus UNILAK. Toni Maringan Tua Lumban Tobing membuka HIMSSI di Kampus FAK.HUKUM UIR. Andri Saputra membuka HIMSSI di Kampus MAN Pekanbaru.

           Pada tanggal 30 Maret 1985 dibentuk dan disusun Pengurus Daerah HIMSSI Propinsi Riau periode I ( 1985-1989 ) dengan ketua umum H. MASNUR (almarhum). Sekretaris umum Sjahriel Wirya (almarhum), dan ketua harian Drs.H. Abu Bakar Sulaiman (almarhum). Pada tanggal 2 Mei 1985 Rektor Universitas Riau, Prof. DR. Muchtar Lutfi melantik pengurus cabang Istimewa UNRI dengan ketua Humaidi Sulaiman, sekretaris Patimura dan bendahara Muhammad Daniel Hendry Gamal. Dengan jumlah anggota latihan terdiri dari  FMIPA 55 orang, FISIPOL  35 orang, FEKON 20 orang, FKIP 20 orang, FAPERI 20 orang, FNGT  48 orang dengan lokasi latihan kampus UNRI Teluk Lembu. Kegiatan latihan HIMSSI di Kampus Universitas Riau berdasarkan program-program kerja pengurus cabang Istimewa yang penekanannya pada kaderisasi antara lain : kaderisasi kepengurusan, kaderisasi kepelatihan,  kaderisasi atlit dan kaderisasi perwasit– jurian.
           
              Pada kepengurusan cabang Kodya Pekanbaru terjadi hal yang serupa dengan menjalankan kebijakan-kebijakan  kepengurusan. Hal in terlihat dari tumbuh dan berkembangnya HIMSSI di tengah-tengah masyarakat Pekanbaru dimana minat instansi-instansi terkait dan pemuka masyarakat memohon kepada Pengcab HIMSSI Kodya agar melaksanakan kegiatan latihan pencak silat di daerahnya masing-masing seperti di Kecamatan Senapelan, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Pekanbaru Kota, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Sail, dan Kecamatan Siak Hulu. Pada tanggal 20 Desember  1985 wakil ketua Pengda HIMSSI Drs. H. Abu Bakar Sulaiman, melantik Pengurus Cabang Mandau di SMAN 1 Duri dengan jumlah anggota 120 orang di bawah pimpinan Drs. Herwin ( almarhum 1997 ) dan pelatih Isral. Dilanjutkan dengan pembukaan komisariat di SMEA Korpri Duri dengan jumlah anggota 60 orang. Pada bulan Januari 1987  diadakan ujian kenaikan tingkat pelatih tahap ke II di Sungai Rangau Kecamatan Mandau yang di ikuti oleh peserta dari Kodya Pekanbaru sebanyak 150 orang dan Duri sebanyak 218 orang.

              Pada tahun 1987 dilaksanakan Muscab I  HIMSSI Kodya Pekanbaru untuk periode ke II  (1987-1991) dengan ketua Ir. Arhanwanin dan sekretaris   Ir. Ali Musnal dengan jumlah anggota 3285 orang. Musyawarah Daerah   HIMSSI I dilaksanakan di Balai Dang Merdu Pekanbaru yang berlangsung selama 3 hari  yang diikuti oleh para pengurus cabang Pekanbaru, Istimewa UNRI, Istimewa UIR, Istimewa UNILAK, Kecamatan  Mandau, dan Dumai. Dengan jumlah peserta 275 orang menghasilkan kepengurusan periode ke II (1989-1993) dengan ketua Umum Prof. Dr. Muchtar Lutfi (almarhum 1993) dan Sekretaris Umum Drs. H. Abu Bakar Sulaiman (almarhum 1995), dengan jumlah anggota 4.735 orang.


             Dalam pembinaan kaderisasi atlit  HIMSSI mampu menelorkan atlit-atlit pada PORCAB Pekanbaru,  PORDA RIAU dan PORWIL Wilayah Sumatra masing-masing sebagai pemenang kelas A Purta Saprijon juara 2, kelas I Putra Ahmad Yani juara 2, kelas D Putra Marwan Bustami juara 3, dan Jamalluddin Malik kelas E Putra juara 2.
Dalam pembinaan kaderisasi atlit terlihat secara operasional  pengurus cabang Istimewa UNRI telah mengadakan pertandingan pencak silat remaja dengan nama “Rektor CUP UNRI” yang berlangsung selama sepekan dimulai dari tanggal 18 – 26 Juni 1988. Pada kejuaraan tersebut, juara umum di pegang oleh perguruan HIMSSI Kodya Pekanbaru. Musyarawah Cabang ke II untuk periode ke III kepengurusan HIMSSI Kodya Pekanbaru (1991-1995), sebagai ketua terpilih Drs. Aswar Abdullah dengan sekretaris Ir. Syahril dengan jumlah anggota 435 orang. Pada tanggal 26 Desember 1991 juga diresmikan  cabang istimewa IAIN Susqa Pekanbaru yang dilaksanakan oleh ketua Umum IPSI Propinsi Riau Letkol. Da’im Affandi mewakili Rektor IAIN.

                Pada tahun 1991 Ir. Syahril mendirikan HIMSSI  di SMP Sungai Apit dengan jumlah anggota 20 orang. Drs. Marwan Usman mendirikan HIMSSI di SMAN 1 Tanjung Batu Kundur dengan jumlah anggota sekitar 35 orang. Marwan Bustami sebagai pelatih Muda membuka cabang baru di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Indragiri Hulu pada bulan Juli 1991 bertempat di SMA Negeri 450 Taluk Kuantan dengan jumlah anggota 60 0rang.

              Pada tanggal 11 – 18 Juni 1992 dilaksanakan pertandingan kejuaraan remaja antar SLTA se Kodya Pekanbaru yang berlangsung di Aula STMN Pekanbaru yang dilaksanakan oleh pengurus cabang HIMSSI Kodya Pekanbaru dengan juara umum Perguruan HIMSSI. Pada tanggal 23 Agustus 1992 diadakan “Rektor CUP I” oleh Pengurus cabang Istimewa IAIN Susqa dengan melaksanakan pertandingan antar Mahasiswa se Kodya Pekanbaru dengan juara umum HIMSSI cabang Istimewa IAIN Susqa Pekanbaru. Edi Juniawan SP.d mendirikan HIMSSI di Selat Panjang bertempat di SMAN 1 Selat Panjang dengan jumlah anggota 35 orang pada tahun 1993 yang di bantu oleh Asisten pelatih Risnita, SP.d Musyawarah Daerah II HIMSSI tanggal 30 Maret 1993 yang berlangsung di Balai Dang Merdu pada periode III (1993-1998) dengan ketua umum Drs. H. Abu Bakar Sulaiman dengan sekretaris umum Dra. Chainulfifah MSc dengan jumlah anggota 301 orang. “Rektor CUP II” tanggal 11 Agustus 1993 yang berlangsung di Aula IAIN Susqa Pekanbaru mempertandingkan pencak silat antar mahasiswa se Propinsi Riau yang di ikuti oleh 19 Perguruan Tinggi dan dimenangkan oleh Pengcab Istimewa IAIN Susqa sebagai Juara Umum.

           Pada bulan September 1993 pendekar Asmudin (Pembina Pelatih HIMSSI Propinsi Riau) melaksanakan ujian kenaikan tingkat ke Palembang yang di ikuti oleh 32 orang yang terdiri dari 10 orang dari cabang Istimewa UNRI, 18 orang dari cabang Istimewa IAIN Susqa (Mahasiswa yang berasal dari Malaysia sebanyak 6 orang), 2 orang dari cabang Kodya Pekanbaru, 2 orang dari cabang Mandau Pengurus Daerah HIMSSI mengikuti Munas ke II di Palembang, dengan kegiatan Munas memilih ketua HIMSSI untuk pengurus pusat, merevisi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta mengesahkan Garis-garis Besar Pedoman Pengajaran Pencak Silat HIMSSI.

          Disamping itu juga melaksanakan ujian kenaikan tingkat pelatih  yang di ikuti oleh Propinsi Sumatera selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu, Jakarta, Bandung, Bogor, Riau, dan Johor serta Kelantan Negara Malaysia. Dalam Munas tersebut di hasilkan
1). Ketua umum Drs. H. Poerwadi HA, Sekretaris umum Drs. Badono Abdurrahman.
2). Untuk pengembangan organisasi HIMSSI di luar Negeri maka penulisan sebagai berikut: HIMSSI (HIMPUNAN SENI SILAT INDONESIA)  Perguruan pencak silat e-Lang Sriwijaya Sakti dengan singkatan HIMSSI e-SA. Dalam pemberian penambahan nama tersebut hal ini dimaksudkan bahwa 2 orang anggota HIMSSI yang ingin mendirikan di negara Malaysia di tolak / tidak diperbolehkan dengan alasan nama perguruan tersebut. Setelah mengadakan perundingan dan pemufakatan kepada seluruh peserta Munas HIMSSI  pertama, maka  di restui  dengan catatan bahwa perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HIMSSI di atur kemudian.
3). Untuk lebih tertibnya sistem pengajaran silat dalam organisasi HIMSSI maka di susunlah Garis-garis Besar Pokok Pengajaran (GBPP) yang di sahkan oleh ketua umum HIMSSI Pusat.
4). Menyusun kenaikan tingkat pelatih dan kejuaraan antar HIMSSI pada 5 Propinsi secara periodik.
Penambahan nama Perguruan Pencak Silat e-Lang Sriwijaya Sakti dimaknai sebagai berikut :
Kata “e-Lang” artinya adalah sebutan kepada Raja-raja Cirebon hal ini dimaksudkan bahwa pendiri HIMSSI dan juga sebagai Guru Besar adalah Tubagus Nasuha  orang Banten yang berketurunan Cirebon baik keturunan secara kekeluargaan maupun keturunan keilmuan.

           Kata “Sriwijaya” artinya adalah organisasi HIMSSI didirikan ditengah-tengah kota Palembang dan pendiri-pendirinya berasal dari Pelembang dan berkembang dengan pesat dikota Palembang.
Kata “Sakti” dalam kamus umum Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwadarminta diartikan bahwa seseorang atau sesuatu yang mempunyai nilai yang lebih dari yang lain. Jadi para pendiri HIMSSI dan guru besar HIMSSI adalah orang-orang sakti atau mempunyai kemampuan yang lebih dari orang lain dalam bidang ilmu persilatan. “Rektor CUP III” berlangsung dari tanggal 3 – 9 September 1994 yang dilaksanakan oleh Pengurus Cabang Istimewa IAIN Susqa Pekanbaru, pertandingan yang di laksanakan adalah tingkat Mahasiswa antar Perguruan Tinggi se Propinsi Riau dengan juara umum UIR. Pada tanggal 20 September 1994 HIMSSI e-SA memenangkan pertandingan  yang dilaksanakan oleh Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) atau Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) di Medan Sumatera Utara pada kelas A putra atas nama Jhon Ade Fery dari FNGT UNRI.

          A m r i, SPd mendirikan HIMSSI e-SA di Kecamatan Tanjung Uban bertempat di SMAN pada tahun 1995 dengan jumlah anggota 80 orang. Pendekar Asmudin, SAg membawa rombongan atlit POMNAS IV ke Ujung Pandang Sulawesi Selatan yang di ikuti seluruh kelas hanya membawa sebuah medali perunggu atas nama Yuli Budi Astuti dari Faperta UNRI. Musyawarah Cabang ke III HIMSSI e-SA pada periode IV (1995-1999) sebagai ketua terpilih Ir. Amsal dan Sekretaris Apollo Parlindungan Hasibulan,SE  dengan jumlah anggota 203 orang yang bertempat di Aula IAIN Susqa Pekanbaru. Dilanjutkan dengan ujian kenaikan tingkat anggota dan pelatih yang di ikuti oleh seluruh cabang yang ada di Propinsi Riau. Yang bertempat di Hutan Lindung Desa Kulim Kecamatan Bukitraya. Musyawarah Daerah ke III berlangsung tanggal 27-30 Maret 1998 di Wisma KNPI TK I Riau Jl. Diponegoro Pekanbaru dengan ketua umum terpilh Drs. H. Ruspan Aman, SPd. Sekretaris umum Asmudin, SAg yang di ikuti oleh cabang – cabang : Benai, Kuantan Tengah, Kuantan Mudik, Selat Panjang, Sungai Apit, Duri, Pekanbaru, Istimewa IAIN Susqa, Istimewa UNRI dan Perwakilan Tanjung Pinang.

             Pada tanggal 6 – 13 Juli 1998 pertandingan HIMSSI e-SA antar cabang se propinsi Riau bertempat di Duri yang di ikuti oleh cabang – cabang : Benai, Kuantan Tengah, Kuantan Mudik, Selat Panjang, Sungai Apit, Duri, Pekanbaru, Istimewa IAIN Susqa, Istimewa UNRI dan Perwakilan Tanjung Pinang. Dengan juara umum di pegang oleh Cabang Benai. Pendekar Asmudin, SAg bulan September 1998 kembali membawa kontingen pencak silat POMNAS V Riau ke Samarinda Kalimantan Timur yang di ikuti oleh 4 kelas, pada kesempatan ini pencak silat Universitas Riau belum memberikan hasil yang berarti.

SEJARAH HIMSSI e-SA SECARA UMUM

             Bermula dari seorang pendekar silat  bernama Asmudin (46 Tahun) dengan nama kecil Teuku Abdul Mun’im Al Qudsi adalah seorang pendekar yang berguru kepada Sayyidina  Amin dan Teuku Muhammad Zein Al Qudsi keduanya adalah pendekar ahli Hikmah dan Bathiniah. Setelah usia dewasa Asmudin menamatkan Al Qur’an dan berbekal ilmu silat maka bergabunglah dengan perguruan Tapak Suci di kota Palembang dan diangkat sebagai pelatih pada tahun 1974 dibawah pimpinan Drs. Tochlon Abdur Ra’uf dan Pelatih Drs. Sahlanuddin serta pendekar  Tapak Suci masa itu bernama Ahmad Sjarif pada akhir tahun 1976 perguruan Tapak Suci  melaksanakan yang dinamakan gerakan komando Jihad.  Namun yang namanya Asmudin tidak terlibat secara total dalam kegiatan komando Jihad tersebut. Bersama sahabat-sahabatnya antara lain Helmi Yoga, Mansyur Effendi, M. Akib, Fauzi Hamid, Purwadi, Abdul Manan, Men Satria, Abdul Kadir BSc, Lukman Hambali BA, Sahrul dan Asep Mulyana menghimpun diri menyikapi kejadian gerakan komando jihad tersebut sehingga terbetiklah khabar bahwa seluruh yang namanya di atas dinyatakan terlibat. Namun kepiawaian dari Helmi Yoga berusaha menentramkan kembali para pesilat tersebut untuk tetap pada koridor persilat. Maka Helmi Yoga  membawa dan memperkenalkan sekaligus seorang guru silat yang bernama pendekar Tubagus Nasuha.


            Pada tahun 1977 Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan guru barunya yang bernama Pendekar Tubagus Nasuha yang berasal dari Ciomas Banten Jawa Barat keturunan Cirebon mendirikan organisasi silat yang bernama SIBELATIS (Silat Beladiri Praktis) dengan ketua Mursal Amir tempat latihan berada di lokasi Pabrik Ban Intirub Sungai Lais Palembang. Selama satu setengah tahun. Asmudin bersama sahabat-sahabatnya melatih dan berlatih pada perguruan Sibelatis tersebut maka terjadilah ketidak cocokan antara pengurus perguruan Sibelatis dengan para pelatih silat tersebut. Dalam pada itu Asmudin bersama sahabat-sahabatnya tetap berlatih dengan pendekar Tubagus Nasuha dengan lokasi latihan berpindah-pindah antara lain di Cerentang Kenten 8 Hilir SMP Negeri 4, Rumah sakit Ibnu Sina, Talang Gerunik Pelaju, SMOA. Sementara itu pusat lokasi latihan di Cerentang Kenten 8 Hilir bertempat pada lokasi rumah Sarwitak, Sumarak, dan Sumarno yang merupakan murid-murid dari Pendekar  Tubagus Nasuha terdahulu. Setelah terjadi perbedaan pendapat yang sangat dalam sehingga tidak ada kesepakatan lagi dengan Mursal Amir (sebagai pimpinan perguruan) maka Asmudin beserta sahabat-sahabatnya bermusyawarah untuk keluar dari perguruan Sibelatis dan ingin mendirikan perguruan baru.

            Pada bulan Agustus 1978 Asmudin beserta sahabat-sahabatnya mengadakan musyawarah dengan gurunya Pendekar Tubagus Nasuha maka disepakati didirikanlah sebuah perguruan pencak silat yang baru. Dengan tekad ingin melestarikan dan membudayakan pencak silat kepada generasi muda agar dapat dididik mental yang baik, kesatria, dan berakhlak mulia serta mencintai dan menjujung  tinggi pencak silat  sebagai warisan leluhur bangsa. Dalam musyawarah tersebut  di sepakatilah motto antara lain “ Bangsa yang tahu diri adalah bangsa yang menghargai pencak silat sebagai kebudayaan nenek moyangnya sendiri”. Pada motto yang lain   berbunyi : ”Generasi ksatria adalah generasi yang mencintai, melestarikan serta mengembangkan pencak silat sepanjang masa”. Kemudian ada juga motto yang berbunyi : ”Dengan iman dan akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah”. Hal ini dimaksudkan perguruan HIMSSI yang akan didirikan mempunyai sendi-sendi yang kokoh  seperti generasi muda harus ksatria, mencintai, melestarikan da mengembangkan pencak silat dalam arti yang seluas-luasnya  yang berlandaskan akhlak yang baik.

            Pada tahun 1979 pada bulan Maret Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan gurunya Pendekar Tubagus Nasuha dengan mengambil tempat di kantor Sekretariat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) tingkat I Sumatra Selatan Jalan Rajawali 8 Ilir Palembang mengadakan musyawarah dan mufakat dicapai pada tanggal 30 Maret 1979 didirikanlah Himpunan Seni Silat Indonesia (HIMSSI). Dengan  ketua umum Kolonel Yahya Bahar (Ketua LVRI Sumsel),    Drs. Sony Andar Soemasto (Kabid Keolahragaan Dep P dan K  Sumsel) sebagai ketua dan Drs. Badono Abdur Rahman (Staf. Bidang keolahragaan Dep P dan K Sumsel) sebagai Sekretaris umum serta Soemardi sebagai wakil sekretaris dan Abdul Kadir BA sebagai bendahara serta Lukman Hambali BA sebagai wakil bendahara. Sementara itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya sebagai pelatih-pelatih kepala.

            Setelah organisasi olah raga beladiri Himpunan Seni Silat Indonesia didirikan dan resmi terdaftar pada Ikatan Pencak Silat Indonesia Propinsi Sumatra Selatan maka pada bulan April 1979. Pada bulan April 1980 HIMSSI  menerima proyek Pelita untuk melaksanakan penataran olah raga pencak silat seluruh SMP dan SMA dalam Propinsi Sumatra Selatan. Pada awal kegiatan proyek tersebut di pusatkan di Kanwil P dan K Sumatra Selatan Jalan Kapten A. Riva’i Palembang. Pada bulan Juni 1980 sampai dengan Juni 1981 proyek tersebut selesai dilaksanakan sementara itu Asmudin mendapat dua lokasi penataran, pertama di Kabupaten Musi Banyu Asin tepatnya di Kandep  P dan K Sekayu dan tengah tahun kedua di Kabupaten Ogan Komering Ulu tepatnya di Kandep P dan K Baturaja.

            Sementara itu sahabat-sahabatnya antara lain Helmi Yoga di Kabupaten Lahat, Abdul Manan di Kabupaten Muara Enim, M. Akib di Kabupaten Bangka, Mansyur Effendi di Kabupaten Belitung, Men Satria di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Fauzi Hamid di Kabupaten Musirawas, Purwadi di Kodya Palembang bersama dengan Abdul Kadir dan Lukman Hambali. Untuk kawan-kawan seperti Sahrul dan Asep Mulyana mengundurkan diri  pada tahun 1979 sebelum HIMSSI didirikan.
Pada bulan Agustus 1981 dimulainya penataran olahraga pencak silat kepada Intelpam dan Brigade Mobil (Brimob) Polda Sumsel berlangsung selama 1 tahun, dalam pada itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya juga melaksanakan pendirian HIMSSI di tingkat-tingkat komisariat, ranting, dan cabang. Pendirian HIMSSI diutamakan di sekolah-sekolah dalam wilayah Kodya Palembang. Asmudin mendirikan HIMSSI di aula kecamatan Ilir Timur II dengan jumlah anggota 135 orang dan SMP Negeri 8 Palembang dengan jumlah anggota 160 orang. Untuk asisten pelatih Asmudin mendidik pesilat yang bernama Usman dan Ali Sobri. Sahabat-sahabat Asmudin seperti Poerwadi mendirikan HIMSSI di Jl. Pendawa Komplek APDN, Helmi Yoga mendirikan HIMSSI di Jl. Sekojo Komplek Arhanud, M. Akib mendirikan HIMSSI di Halaman Kanwil P dan K Sumsel, Mansyur Efendi mendirikan HIMSSI di Mata Merah Sungai Lais Palembang, Fauzi Hamid mendirikan HIMSSI di Komplek PUSRI Palembang, Men Satria mendirikan HIMSSI di Bukit Besar Talang Gerunik, Abdul Manan mendirikan HIMSSI di Plaju Palembang. Masing-masing pelatih melaksanakan pembinaan dan pendidikan kaderisasi calon-calon pelatih sebagai kelengkapan kegiatan pencak silat HIMSSI. Pada bulan Desember 1981 Guru besar HIMSSI Pendekar Tubagus Nasuha mengangkat dan mengambil sumpah Asmudin sebagai Pendekar Muda HIMSSI yang lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut di Bukit Siguntang Mahameru Palembang. Isi sumpah tersebut antara lain :
“Billaahi, Tallaahi, Wallaahi, Aku (Asmudin) bersumpah akan selalu patuh taat kepada Ayah Ibu dan Guru (Pendekar Tubagus Nasuha). Akan selalu menghormati sesama pelatih dan atau pendekar sepanjang yang di Ridhai Allah SWT. Akan selalu berlatih dan melatih dengan disiplin dan penuh tanggung jawab kepada perguruan. Akan selalu menyayangi dan membiina anggota HIMSSI  yang saya pimpin. Akan selalu mendirikan HIMSSI dan menjaga nama baik perguruan HIMSSI dimanapun aku berada”. Akhirnya,  dengan iman dan Akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah. Laahaulawalaa quwwata illa billa hill a’liyil adzziim.

          Setelah pengambilan sumpah tersebut  maka Asmudin bersiap-siap hendak hijrah dan mengembangkan HIMSSI  pada daerah lain. Pada tanggal      26 Desember 1981 Asmudin hijrah ke Pekanbaru Propinsi Riau sebagai Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (TKS - BUTSI A. XIII RIAU) yang di tempatkan di desa Talang Tujuh Buah Tangga sebagai desa Binaan dan desa Kuantan Tenang di kecamatan Pasir Penyu - Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu.

PERJALANAN PENCAK SILAT HIMSSI (HIMPUNAN SENI SILAT INDONESIA)

Kepulauan Indonesia merupakan suatu gugusan terpanjang dan terbesar didunia, yang
senantiasa kaya akan budaya. Beraneka ragam budaya serta adat istiadat merupakan
khasanah untuk berwawasan nusantara. Maka dari itulah sudah menjadi motto yang
termaktub dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.

Dapat disadari diantara banyaknya kebudayaan itu, sebagian besar bangsa kita belum mengenalnya, terutama budaya bangsa yang ada ditiap-tiap daerah yang ada di tanah air. Karena dengan adanya pengenalan yang lebih dekat serta mendalami budaya itu lebih dekat serta memperdalam saling pengertian itu akan otomatis merupakan jaring pengikat kesatuan Indonesia dan akhirnya mampu sebagai modal untuk pembangunan, budaya khususnya.
Kebudayaan nasional  merupakan suatu cita-cita  bangsa Indonesia  yang memang layak diperjuangkan, dikembangkan dan ditingkatkan  dari masa ke masa. Dia harus dibina dan  dikembangkan sedemikian rupa sehingga Indonesia mempunyai  suatu kebudayaan nasional yang dapat memberi nafas dan warna kehidupan  yang cemerlang : kedalam  terhadap bangsa Indonesia, keluar terhadap bangsa-bangsa lain  dalam pergaulan internasional. Kebudayaan nasional itu hendaknya merupakan  suatu tanda akan identitas  bangsa Indonesia uang mempunyai  sisi-sisi yang positif. Maksudnya kebudayaan nasional  itu seyogyanya  memperlihatkan kelebihan  martabat bangsa Indonesia, kemampuan yang setara dengan bangsa-bangsa lain  yang terkemuka didunia, sehingga bangsa Indonesia itu  dihargai oleh bangsa lain  sebagai bangsa yang dipercaya, bermartabat luhur, serta mempunyai  kreatifitas  yang positif terhadap  pembangunan umat manusia. Kebudayaan nasional tumbuh dari kebudayaan  daerah, Namun budaya daerah  harus dapat lestari disisi kebudayaan nasional .

Cf Goodenough dan DM.Schneider kebudayaan ini menekankan  bahwa sebuah totalitas  komplek yang memuat  tiga rangkaian gejala  yang saling berhubungan : peralatan dan teknis ringkasnya , teknologi yang telah ditemukan  manusia untuk menyesuaikan diri  dengan lingkungannya dan berbagai kepercayaan, nilai dan aturan  yang diciptakan manusia sebagai alat untuk mendefenisikan  hubungan mereka  satu dengan lainnya dan dengan lingkungan alamnya.
Selanjutnya ia mengemukakan  ada empat karakteristik  utama kabudayaan. Pertama, kebudayaan  mendasarkan diri  kepada sejumlah simbol. Simbol sangat esensial bagi kebudayaan  karena ia merupakan  mekanisme yang diperlukan  untuk menyimpan dan mentransmisikan  sejumlah besar informasi yang membentuk kebudayaan. Kedua, kebudayaan itu dipelajari dan tidak tergantung pada  pada pewarisan biologis  dalam transmisinya. Ketiga, kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama  oleh para anggota suatu masyarakat; yakni  ia merupakan representatif  dari pada anggota masyarakat  yang di pandang lebih secara kolektif  dari pada secara individual. Walaupun ada  perbedaan tingkat  penerimaan  berbagai anggota masyarakat  terhadap pola kebudayaan  mereka, kebudayan secara defenisi adalah representatif  dari pada anggota  masyarakat yang di pandang secara kolektif. Terakhir, kebudayaan cenderung  terintegrasi. Berbagai bagian  atau komponen  kebudayaan cendrung menyatu sedemikian rupa sehingga konsistensi  satu dengan lainnya
Kebudayaan  dalam suatu masyarakat, mempunyai tiga wujud  yaitu: pertama, wujud ideal  dari kebudayaan yang disebut adat-istiadat dengan sifat abstrak dan berupa ide-ide,gagasan,nilai-nilai,peraturan-peraturan. Kedua, sistem sosial yaitu komplek  aktivitas  serta tindakan berpola  dari manusia dalam masyarakat  dan bersifat konkrit. Ketiga, disebut dengan  kebudayaan fisik yang terdiri dari benda atau hasil karya  manusia (Koentjara- ninggrat,1990:187)
Ketiga dari wujud kebudayaan itu  saling terkai sama lain dan tak bisa di pisahkan  dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing dari wujud  kebudayaan akan  akan menyatu sehingga akan melahirkan  suatu kebiasaan yang di wujudkankan  dalam berbagai aktifitas  dan tindakan dalam  kebudayaan  suatu masyarakat.

Penggunaan kebudayaan oleh para pendukungnya  diwujudkan dalam  kehidupan nyata sehari-hari, biar sebagai anggota masyarakat dimungkinkan adanya  wadah-wadah berupa pranata sosial. Pranata sosial merupakan suatu sistem pranata sosial  dan kebudayaan yang berpusat  pada aktifitas  yang untuk memenufi komplek kebutuhan  khusu dalam masyarakat. (Koentjaraningrat,1990:160)
Dengan sendirinya sistem nilai-nilai budaya  yang di anut masyarakat  merupakan salah satu unsur  kebudayaan atau sub-sistem  kebudayaan  yang juga harus mendapat tempat  untuk dikaji dan dipahami sebagai mana unsur-unsur lainnya. Ada banyak hal  yang dapat dikaji  sehubungan dengan kepercayaan, nilai-nilai tersebut, misalnya mengapa orang percaya  akan adanya kekuatan-kekuatan sakti di luar dirinya  dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Pencak Silat adalah salah satu kebudayaan  yang sekian banyak kebudayaan  telah  tumbuh dan berkembang dalam masyarakat khususnya masyarakat Riau sehingga menjadi kebutuhan  bagi mereka  disamping kebutuhan lainnya. Salah satu Pencak silat yang telah tumbuh dan berkembang di Propinsi Riau ini adalah HIMPUNAN SENI SILAT INDONESIA PERGURUAN PENCAK SILAT e-LANG SRIWIJAYA SAKTI yang lebih dikenal dengan HIMSSI e-SA.