Pada tahun 1977 Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan guru barunya yang bernama Pendekar Tubagus Nasuha yang berasal dari Ciomas Banten Jawa Barat keturunan Cirebon mendirikan organisasi silat yang bernama SIBELATIS (Silat Beladiri Praktis) dengan ketua Mursal Amir tempat latihan berada di lokasi Pabrik Ban Intirub Sungai Lais Palembang. Selama satu setengah tahun. Asmudin bersama sahabat-sahabatnya melatih dan berlatih pada perguruan Sibelatis tersebut maka terjadilah ketidak cocokan antara pengurus perguruan Sibelatis dengan para pelatih silat tersebut. Dalam pada itu Asmudin bersama sahabat-sahabatnya tetap berlatih dengan pendekar Tubagus Nasuha dengan lokasi latihan berpindah-pindah antara lain di Cerentang Kenten 8 Hilir SMP Negeri 4, Rumah sakit Ibnu Sina, Talang Gerunik Pelaju, SMOA. Sementara itu pusat lokasi latihan di Cerentang Kenten 8 Hilir bertempat pada lokasi rumah Sarwitak, Sumarak, dan Sumarno yang merupakan murid-murid dari Pendekar Tubagus Nasuha terdahulu. Setelah terjadi perbedaan pendapat yang sangat dalam sehingga tidak ada kesepakatan lagi dengan Mursal Amir (sebagai pimpinan perguruan) maka Asmudin beserta sahabat-sahabatnya bermusyawarah untuk keluar dari perguruan Sibelatis dan ingin mendirikan perguruan baru.
Pada bulan Agustus 1978 Asmudin beserta sahabat-sahabatnya mengadakan musyawarah dengan gurunya Pendekar Tubagus Nasuha maka disepakati didirikanlah sebuah perguruan pencak silat yang baru. Dengan tekad ingin melestarikan dan membudayakan pencak silat kepada generasi muda agar dapat dididik mental yang baik, kesatria, dan berakhlak mulia serta mencintai dan menjujung tinggi pencak silat sebagai warisan leluhur bangsa. Dalam musyawarah tersebut di sepakatilah motto antara lain “ Bangsa yang tahu diri adalah bangsa yang menghargai pencak silat sebagai kebudayaan nenek moyangnya sendiri”. Pada motto yang lain berbunyi : ”Generasi ksatria adalah generasi yang mencintai, melestarikan serta mengembangkan pencak silat sepanjang masa”. Kemudian ada juga motto yang berbunyi : ”Dengan iman dan akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah”. Hal ini dimaksudkan perguruan HIMSSI yang akan didirikan mempunyai sendi-sendi yang kokoh seperti generasi muda harus ksatria, mencintai, melestarikan da mengembangkan pencak silat dalam arti yang seluas-luasnya yang berlandaskan akhlak yang baik.
Pada tahun 1979 pada bulan Maret Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan gurunya Pendekar Tubagus Nasuha dengan mengambil tempat di kantor Sekretariat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) tingkat I Sumatra Selatan Jalan Rajawali 8 Ilir Palembang mengadakan musyawarah dan mufakat dicapai pada tanggal 30 Maret 1979 didirikanlah Himpunan Seni Silat Indonesia (HIMSSI). Dengan ketua umum Kolonel Yahya Bahar (Ketua LVRI Sumsel), Drs. Sony Andar Soemasto (Kabid Keolahragaan Dep P dan K Sumsel) sebagai ketua dan Drs. Badono Abdur Rahman (Staf. Bidang keolahragaan Dep P dan K Sumsel) sebagai Sekretaris umum serta Soemardi sebagai wakil sekretaris dan Abdul Kadir BA sebagai bendahara serta Lukman Hambali BA sebagai wakil bendahara. Sementara itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya sebagai pelatih-pelatih kepala.
Setelah organisasi olah raga beladiri Himpunan Seni Silat Indonesia didirikan dan resmi terdaftar pada Ikatan Pencak Silat Indonesia Propinsi Sumatra Selatan maka pada bulan April 1979. Pada bulan April 1980 HIMSSI menerima proyek Pelita untuk melaksanakan penataran olah raga pencak silat seluruh SMP dan SMA dalam Propinsi Sumatra Selatan. Pada awal kegiatan proyek tersebut di pusatkan di Kanwil P dan K Sumatra Selatan Jalan Kapten A. Riva’i Palembang. Pada bulan Juni 1980 sampai dengan Juni 1981 proyek tersebut selesai dilaksanakan sementara itu Asmudin mendapat dua lokasi penataran, pertama di Kabupaten Musi Banyu Asin tepatnya di Kandep P dan K Sekayu dan tengah tahun kedua di Kabupaten Ogan Komering Ulu tepatnya di Kandep P dan K Baturaja.
Sementara itu sahabat-sahabatnya antara lain Helmi Yoga di Kabupaten Lahat, Abdul Manan di Kabupaten Muara Enim, M. Akib di Kabupaten Bangka, Mansyur Effendi di Kabupaten Belitung, Men Satria di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Fauzi Hamid di Kabupaten Musirawas, Purwadi di Kodya Palembang bersama dengan Abdul Kadir dan Lukman Hambali. Untuk kawan-kawan seperti Sahrul dan Asep Mulyana mengundurkan diri pada tahun 1979 sebelum HIMSSI didirikan.
Pada bulan Agustus 1981 dimulainya penataran olahraga pencak silat kepada Intelpam dan Brigade Mobil (Brimob) Polda Sumsel berlangsung selama 1 tahun, dalam pada itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya juga melaksanakan pendirian HIMSSI di tingkat-tingkat komisariat, ranting, dan cabang. Pendirian HIMSSI diutamakan di sekolah-sekolah dalam wilayah Kodya Palembang. Asmudin mendirikan HIMSSI di aula kecamatan Ilir Timur II dengan jumlah anggota 135 orang dan SMP Negeri 8 Palembang dengan jumlah anggota 160 orang. Untuk asisten pelatih Asmudin mendidik pesilat yang bernama Usman dan Ali Sobri. Sahabat-sahabat Asmudin seperti Poerwadi mendirikan HIMSSI di Jl. Pendawa Komplek APDN, Helmi Yoga mendirikan HIMSSI di Jl. Sekojo Komplek Arhanud, M. Akib mendirikan HIMSSI di Halaman Kanwil P dan K Sumsel, Mansyur Efendi mendirikan HIMSSI di Mata Merah Sungai Lais Palembang, Fauzi Hamid mendirikan HIMSSI di Komplek PUSRI Palembang, Men Satria mendirikan HIMSSI di Bukit Besar Talang Gerunik, Abdul Manan mendirikan HIMSSI di Plaju Palembang. Masing-masing pelatih melaksanakan pembinaan dan pendidikan kaderisasi calon-calon pelatih sebagai kelengkapan kegiatan pencak silat HIMSSI. Pada bulan Desember 1981 Guru besar HIMSSI Pendekar Tubagus Nasuha mengangkat dan mengambil sumpah Asmudin sebagai Pendekar Muda HIMSSI yang lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut di Bukit Siguntang Mahameru Palembang. Isi sumpah tersebut antara lain :
“Billaahi, Tallaahi, Wallaahi, Aku (Asmudin) bersumpah akan selalu patuh taat kepada Ayah Ibu dan Guru (Pendekar Tubagus Nasuha). Akan selalu menghormati sesama pelatih dan atau pendekar sepanjang yang di Ridhai Allah SWT. Akan selalu berlatih dan melatih dengan disiplin dan penuh tanggung jawab kepada perguruan. Akan selalu menyayangi dan membiina anggota HIMSSI yang saya pimpin. Akan selalu mendirikan HIMSSI dan menjaga nama baik perguruan HIMSSI dimanapun aku berada”. Akhirnya, dengan iman dan Akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah. Laahaulawalaa quwwata illa billa hill a’liyil adzziim.
Setelah pengambilan sumpah tersebut maka Asmudin bersiap-siap hendak hijrah dan mengembangkan HIMSSI pada daerah lain. Pada tanggal 26 Desember 1981 Asmudin hijrah ke Pekanbaru Propinsi Riau sebagai Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (TKS - BUTSI A. XIII RIAU) yang di tempatkan di desa Talang Tujuh Buah Tangga sebagai desa Binaan dan desa Kuantan Tenang di kecamatan Pasir Penyu - Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu.
Jadi,berawal dari seorang pelatih di perguruan tapak suci dan berakhir di guru besar perguruam himssi.
ReplyDelete